Buruh,
pekerja dan karyawan atau rekan kerja maknanya hamper sama dan mirip saja.
Tetapi dimana kita akan menempatkan diri, konotasi yang melekat pada predikat
tersebut dapat kita rasakan. Arti satu kata dengaan kata lain tidak perlu
dipertentangkan. Apakah kita lebih mengedepankan hak dari kewajiban atau
seberapa kita dapat, sebegitu saja kita kerja. Bias jadi seimbang antara hak
dan kewajiban. Mungkin kita bekerja dua kali lipat dari pada gaji atau
pendapatan kita. Kalau kita sebagai enenterpreneur atau usahawan mandiri tentu
kita bekerja mati-matian dengan hasil yang belum kita ketahui, walaupun sudah
kita perhitungkan resiko kegagalan yang kecil.
Pada
kasus nomor tiga tersebut, dengan bekerja seolah-olah kita digaji 2 x lipat, ya
sebenarnya kapan saja gaji kita akan dinaikkan kalau pimpinan kita melihat ada
peluang keuntungan dan kemajuan usaha semakin maju. perusahaan yang baik akan
dan harus mensejahterakan rakyatnya. Perusahaan / instansi yang maju,
karyawannya sejahtera. Disiplin, loyalitas dan integritas karyawannya tidak
boleh diragukan. Jika dilatih, tidak cocok pada posisinya, mungkin perlu
digeser ke posisi yang tepat atau kalau tidak ada posisi yang tepat mungkin
diluar perusahaan atau instansi itu, tetapi tetap dibantu peluangnya.
Beberapa
kasus nyaris kecelakaan, pertimbangan komite keselamatan kerja memutuskan jika
diteruskan pada posisi tersebut bias jadi ada kecelakaan yang merenggut nyawa
tidak saja dirinya tetapi dengan beberapa rekan kerjanya. Bisa jadi atasannya
kasihan, akhirnya kenyataan berikutnya terjadi kecelakaan fatal. Jika terjadi
kecelakaan biasa, komite keselamatan kerja menyarankan karyawan agar
diberhentikan, mungkin dia bisa sukses di posisi usahawan mandiri.
Pada
pertemuan IHPA 33 th Annual Convention di San Diego, 1989 John Lynn mengatakan
bahwa hasil penelitian di USA, dari kapasitas kemampuan dan waktu seorang
karyawan jika menyumbangkan20-30 % dia tidak kehilangan jabatannya. Bagaimana
karyawan bisa menyumbangkan lebih dari itu bahkan sampai 95 %, adalah peranan
atasannya. Yang perlu diperhatikan adalah kebanggaan diri atau Personal Pride, semangat yang tetap
tinggi atau enthusism until to-day,
perbedaan diri pribadi dalam pekerjaan, apakkah cocok? , berpikiran dan
bertindak positif, how many to give, not
to get, percaya diri atau self
confidence. Maju diri anda pribadi, tanyakan apa yang anda pikirkan.
Tumbuhkan ekspansi banyak macam, waspadai persaingan atau kompetisi,
mengedapankan kepercayaan dan kejujuran, selalu pandai mendengarkan dan memperhatikan,
yakin dan percayalah, nikmati perjalanan hidup ini, kejar dan raihlah/capailah -
go and get them. Lain lagi budaya
kita dan jepang, kita mengenal 4 sehat lima sempurna, di Jepang 4 baik 5 malas.
Oleh sebab itu para pekerja di Jepang terkenal work-alcoholic. Pulang kerja tidak langsung kerumah, tetapi minum
kopi di kedai kopi. Mereka percaya kalau tidur 4 jam bisa menimbulkan
kreatifitas yang tinggi, kalau tidur 5 jam atau lebih bikin malas kerja dan
malas berfikir. Itu boleh-boleh saja asal tidak menyetir mobil, bisa kecelakaan
nantinya. Bagi yang bekerja di kantor dan sering mendapatkan system baru dan
menemukan ciptaan baru mungkin dibenarkan. Asal hati-hati jangan stress
berlebihan bisa depresi. Budaya kerja kita meski kita tentukan sendiri, timbang
rasa dan empati perlu menjadi penentu tindakan dan dasar untuk apa kita
bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar