Produksi dimaksudkan sebagai
aktivitas mengubah sesuatu produk (bahan), menjadi produk lain yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi. Aktivitas mengubah bahan, berarti suatu proses kerja
yang membutuhkan pengorbanan ekonomis guna memperoleh nilai ekonomis yang
dipandang lebih tinggi. Proses produksi pada umumnya melalui beberapa tahapan.
Hal ini dilakukan dengan maksud mengadakan spesialisasi pengerjaan produk yang
dihasilkan. Spesialisasi tersebut mengakibatkan adanya departemenisasi proses
produksi. Sebagai contoh, untuk membuat sebuah meja tulis, sejak pembuatan
design, proses penggergajian kayu, perangkaian komponen meja tulis, sampai
dengan penyelesaian meja tulis tersebut dapat dikerjakan oleh satu orang saja.
Cara produksi semacam itu menjadi tidak ekonomis, karena hasil kerja yang
diperoleh sedikit. Oleh karenanya untuk meningkatkan kuantitas meja tulis yang
dihasilkan, pekerjaan dibagi menjadi beberapadepartemen sesuai dengan
pentahapan pembuatan meja tulis tersebut. Sebagai akibatnya pengerjakan sebuah
meja tulis tidak mungkin dikerjakan oleh satu orang saja. Spesialisasi
penanganan tugas semacam ini akan menjadi lebih ekonomis apabila produk yang
dihasilkan dalam jumlah yang cukup banyak. Meskipun antara meja tulis yang satu
dengan yang lain terdapat variasi bentuk, proses produksi akan tetap lebih
dinamis. Setiap tahapan proses produksi tersebut pada dasarnya tidak dapat
berdiri sendirisendiri. Kesemuanya harus merupakan satu rangkaian yang
terkoordinasikan. Dengan adanya koordinasi terse but alur produk dari
departemen yang satu ke departemen lainnya harus sama. Hal ini agar tidak
terjadi penyumbatan dalam salah satu tahapan proses produksi tersebut.
Setiap tahapan proses produksi
tersebut harus dibantu oleh departemen lain yang membantu berfungsinya suatu
departemen. Departemen semacam ini disebut departemen pembantu. Departemen
pembantu adalah departemen yang memberikan layanan pada departemen produksi
sesuai dengan fungsinya. Departemen pembantu biasanya berupa departemen
listrik, departemen pemeliharaan peralatan, departemen air dan sanitasi, dan
lain-lain. Biaya-biaya yang terjadi pada departemen pembantu pada dasarnya juga
ikut memberi kontribusi pembuatan suatu produk. Oleh karenanya biaya-biaya yang
terjadi di departemen pembantupun juga harus ikut dibebankan dalarn penentuan
kos produk. Peranan departemen pembantu dalam menghasilkan suatu produk harus
diakui.
Namun demikian pembebanan biaya
yang terjadi pada departemen pembantu ke produk yang dihasilkan tidak dapat
dilakukan secara langsung ke produk. Terlebih dahulu harus dilakukan alokasi
biaya ke departemen produksi yang menikmati jasa yang diserahkan oleh
departemen pembantu tersebut. Pembebanan biaya dari departemen pembantu
langsung ke produk akan mengakibatkan kos produk terlalu tinggi dan sebaliknya
kos produk yang masih dalam proses menjadi lebih rendah (understated).
Proses produksi suatu barang
selalu menggunakan cara-cara tertentu agar tujuan ekonomis perusahaan dapat
dicapai. Cara produksi yang digunakan tergantung oleh:
a. Sifat-sifat produk
yang dihasilkan.
Apabila produk yang dihasilkan
memerlukan penanganan khusus sehingga masingmasing produk mempunyai spesifikasi
tertentu, maka produk terse but diproses secara khusus pula. Produk semacam ini
diolah dengan metode job, artinya setiap job harus memperhatikan spesifikasi
yang diminta oleh langganan (konsumen). Produk yang diolah dengan metode proses
menunjukkan bahwa barang yang dihasilkan tidak memerlukan spesifikasi tertentu
sehingga produk bersifat homogen. Dalam artian homogen ini, antara produk yang
satu dengan yang lainnya tidak terdapat perbedaan yang berarti. Jadi, produk yang dihasilkan
bersifat standard, bahkan hal ini menunjukkan semua produk yang dihasilkan
membutuhkan kesamaan bentuk, ukuran, warna, dan kesamaan fungsi.
b. Teknologi yang
digunakan.
Perbedaan teknologi pembuatan
suatu barang yang berbeda mengakibatkan cara-cara berproduksi yang berbeda
pula. Sebagai contoh, industri mobil pada mulanya dibuat satu per satu dengan
memperhatikan spesifikasi permintaan pelanggan, namun setelah ditemukan teknologi
robot dengan proses ban berjalan, maka pembuatan produk tersebut dapat dibuat
secara massal dM produk bersifat standard. Kadangkala teknologi yang digunakan
menunjukkan satu-satunya cara dalam pembuatan produk tersebut, hal ini akan
kita temukan dalam industri kimia.
c. Sifat pengolahan
produk.
Pengolahan produk terdiri dari
dua sifat yaitu merakit komponen menjadi suatu produk dan membentuk produk
melalui proses reaksi kimiawi. Dalam proses perakitan (assembling),
berbagai komponen yang ada (baik dibuat sendiri maupun diperoleh dari
pihak lain) digabungkan menjadi suatu produk. Sedangkan dalam proses reaksi kimiawi
beberapa bah an digabung, dicampur dan dibentuk menjadi suatu produk baik berupa
komponen maupun produk akhir. Pembahasan di atas menunjukkan metode produksi
yang digunakan dalam suatu perusahaan didasarkan dua alasan, yaitu:
a. Alasan ekonomis, mengingat
besarnya permintaan pasar serta skala produksi yang dikehendaki, maka dipilih
teknologi maju agar produk yang dihasilkan mampu meraih pasar yang dikehendaki.
b. Alasan teknologi, Teknologi
yang digunakan merupakan satu-satunya cara untuk menghasilkan suatu produk. Hal
ini akan ditemukan untuk industri kimia. Scbagian bcsar industri kimia hams
diolah dengan mctode proses, mengingat industri semacam ini mcmbutuhkan proses
produksi yang bersifat tertutup. Sebagai contoh: industry semen, industri gula,
dan lain-lain.
Proses produksi menghendaki
adanya spesialisasi pelaksanaan pekerjaan diantara karyawan yang terlibat. Hal
ini dimaksudkan agar proses produksi menjadi lebih bcrdaya guna dan berhasil
guna. Spesialisasi menyebabkan pembuatan suatu produk tidak mungkin
diselesaikan oleh hanya satu orang saja, tetapi diselcsaikan oleh suatu team
kerja dengan pembagian tugas sesuai dengan keahliannya masing-masing. Pembagian
kerja pada suatu industri baik secara horisontal maupun vertical dikelompokkan
menurut fungsi/tugas masing-masing. Pengelompokan secara vertical menunjukkan
adanya dcpartementalisasi pelaksanaan operasi. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian
tugas dan pengawasan mutu produk yang dihasilkan dapat diselenggarakan dengan
mudah. Kelompok utama dalam 3 departementalisasi ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Departemen Produksi, yakni
departemen-departemen yang secara langsung ikut menangani pembuatan suatu
produk. Departemen tersebut meliputi aktivitas pengolahan bahan, penggabungan
produk dalam proses dan penyempumaan produk.
2. Departemen Pembantu, yakni
departemen yang tidak langsung menangani pembuatan produk, tetapi output yang
dihasilkan membantu departemen produksi dalam pengolahan
produk.
Kelompok utama tersebut meninjau
dari sudut peranan dalam penanganan produk. Pengelompokan selanjutnya
didasarkan pada fungsi/bidang tug as masing-masing. Pengelompokan ini di
samping sebagai alat pengawasan bcrperan pula sebagai pusat pertanggungjawaban
baik kuantitas maupun kualitasnya. Pengukuran unjuk -kerja masingmasing bagian/departemen
tersebut dinilai seberapakah variasi biaya yang terjadi. Jadi pelaporan biaya
yang terjadi pada masing-masing departemen mempunyai peranan sangat penting. Di
samping itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu pula disusun tarip overhead
untuk tiap departemen secara cermat. Faktor yang dipertimbangkan dalam departemenisasi
antara lain:
1. Kesamaan operasi, proses dan
mesin dalam suatu departemen.
2. Lokasi operasi, pemrosesan dan
mesin-mesin.
3. Pertanggungjawaban produksi
dan biaya.
4. Hubungan operasi terhadap arus
produk.
5. Jumlah departemen dan
pusat-pusat biaya.
Spesialisasi pekerjaan menyebabkan proses pengolahan barang
dilakukan melalui beberapa departemen. Spesialisasi dilakukan agar pengolahan
produk menjadi lebih efisien atau teknologi pengolahan produk memang
menghendaki beberapa tahapan proses secara berurutan. Apabila diamati
pentahapan proses produksi dapat dibagi menjadi tiga macam sekuen proses
produksi, yaitu:
1. Teknik pengolahan aliran produk bertahap.
2. Teknik pengolahan aliran paralel.
3. Teknik pengolahan aliran produk selektip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar