Berikut adalah beberapa cerpen yang akan saya tampilkan di blog saya kali ini, yang pertama akan saya muat berjudul mobil dan nasehat. Dan cerpen yang kedua akan menyusul setelah cerpen ini selesai.
MOBIL DAN NASEHAT
Setelah bertahun-tahun bekerja keras dan menabung , akhirnya Ayah bisa membeli sebuah mobil. Sebuah mobil sedan berwarna hitam . berkat mobil itu, kami kini tidak perlu berpanas hujan lagi saat menunggu kendaraan umum.
Sangat menyenangkan, tetapi kami harus hidup lebih hemat lagi. Sebab kini ada pengeluaran tambahan untuk bensin dan perawatan mobil. Setelah ada mobil, mas tomy dan aku si bungsu, setiap sore selalu merengek mengajak ayah keliling kota. Padahal ayah masih lelah sepulang dari kerja..
Mas tito, kakak sulungku, malah minta belajar menyetir mobil. Karena mas tito sudah duduk di kelas 2 smu, ayah mengijinkannya.
Pada suatu minggu pagi, mas tomy dan mas tito membangunkanku. “ssstt… ayo ikut” bisik mereka, “kita naik mobil, mumpung ayah ibu masih tidur.”
Aku tidak membantah , tanpa cuci muka, kuikuti kedua kakaku. Agar ayah dan ibu tidak terbangun, mobil itu di dorong ke luar rumah. Baru mesinnya dihidupkan. Mobil meluncur dengan laju. Jalan masih sepi.
“Kemana kita, mama?” Tanya mas tomy pada mas tito. “Mmm… terserah papa sajalah”, jawab tito. Aku tertawa. Kedua kakakku itu meniru percakapan yang sering diucapkan mama dan papa. Hahaha,,, persis sekali. Kami pun melanjutkan perjalanan dengan gembira.
Tetapi… mobil baru saja menyeberangi sebuah persimpangan, tiba2 seorang polisi lalu lintas menghentikan kendaraan kami. Ternyata mas tomy salah jalan.. karena terlalu gembira ia tidak melihat ada tanda larangan di sana. Aku hamper menangis. Mas tomy kan belum punya SIM. Kami juga tidak bawa STNK.
“hmm… kalian anak-anak rupanya ?” kata pak polisi setelah melihat kami. “kalian pasti belum punya SIM!” mas tomy mengangguk dengan wajah pucat. “ kalau begitu antar saya ke rumah kalian ,” katanya. “Orang tuamu harus segera diberi tahu”. Pak polisi segera masuk dan duduk disebelahku.
Setibanya dirumah, tampak ayah dan ibu di beranda muka. Pak polisi bersalaman dengan ayah. Tidak lama ayah pun memanggil kami.
“Tomy, Ayah sedih sekali. ayah harap kamu bisa memberi contoh yang baik kepada adik-adikmu”, kata ayah. “Juga kau, Tito… Ayah lalu terdiam sejenak. “Dan kau, HIKO…” kata Ayah padaku.
He ! aku ?? aku kan, Cuma ikut-ikut
an ‘meskipun kau masih kecil, tetapi kau sudah harus belajar mebedakan mana yang baik dan mana yang tidak, Jangan mengikuti saja”, lanjut ayah. Aku mengerti sekarang. Setlah pak polisi pulang. Kami masih tetap duduk merenung. Menyesali apa yang telah terjadi.
BY : Agner Wangitan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar